Opini  

Kesejahteraan Petani NTB Meningkat: Kerja Pemerintah atau Faktor Alam?

Ilustrasi
Oleh: Direktur NasPol NTB

Triwulan I tahun 2025 memberikan angin segar bagi sektor pertanian di Nusa Tenggara Barat (NTB). Kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) sebesar 1,94% pada Maret 2025 menandakan adanya peningkatan kesejahteraan petani. Namun, perlu dikaji lebih jauh: apakah capaian ini merupakan hasil kerja nyata Pemerintah Provinsi, atau lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal dan inisiatif dari para petani sendiri?

Analisis Empiris

1. Kenaikan Harga Komoditas Dipicu Dinamika Pasar Nasional

Kenaikan harga bawang merah, salah satu komoditas unggulan NTB, dipicu oleh defisit pasokan dari Jawa Tengah akibat cuaca ekstrem.

Sementara itu, jagung NTB diserap dalam jumlah besar oleh industri pakan ternak di Jawa Timur, dengan kenaikan harga beli mencapai lebih dari 15% (data Maret 2025).

Artinya, faktor permintaan pasar dari luar daerah, bukan kebijakan lokal, yang mendorong peningkatan pendapatan petani.

2. Minim Inovasi Baru dari Pemerintah Provinsi

Program pertanian yang berjalan pada awal 2025 pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pola tahun-tahun sebelumnya:

• Distribusi benih dan pupuk tidak menunjukkan peningkatan signifikan.

• Tidak ada peluncuran varietas unggul baru, pengembangan irigasi, maupun skema teknologi pertanian yang ditingkatkan.

• Kegiatan pelatihan dan pendampingan petani justru minim akibat refocusing anggaran pasca pemilu.

3. Peran Cuaca Sangat Menentukan

Curah hujan pada Januari–Maret 2025 tercatat berada di atas rata-rata historis (data BMKG), memberikan dampak positif terhadap hasil panen.

Di wilayah Bima dan Sumbawa, para petani berhasil melakukan panen lebih awal, terutama untuk jagung dan padi, berkat curah hujan yang merata dan konsisten.

4. Petani Mengandalkan Inisiatif Mandiri

Komunitas petani di beberapa daerah menunjukkan kemandirian luar biasa:

• Di Lombok Timur dan Dompu, petani mengatur sistem tanam bergilir dan irigasi mikro secara swadaya.

• Pemasaran hasil panen dilakukan langsung ke pedagang besar tanpa campur tangan dinas pertanian.

• Petani bawang merah melakukan efisiensi logistik dan distribusi secara kolektif, tanpa dukungan program pemerintah.

Kesimpulan

Peningkatan kesejahteraan petani di NTB pada Triwulan I 2025 tidak bisa secara mutlak diklaim sebagai keberhasilan pemerintah daerah. Sebaliknya, faktor eksternal seperti kondisi cuaca yang mendukung, permintaan pasar nasional, dan inisiatif swadaya petani menjadi penggerak utama.

Tanpa intervensi kebijakan yang jelas dan berkelanjutan dari Pemprov NTB, daerah ini hanya akan ikut untung saat musim mendukung, namun rentan jatuh saat kondisi berubah.

Catatan Penutup

Pemerintah daerah seharusnya tidak sekadar menumpang nama pada statistik ekonomi yang membaik. Keberpihakan nyata dalam bentuk program terukur, anggaran yang memadai, dan kebijakan berbasis data dibutuhkan untuk memastikan sektor pertanian NTB tidak hanya berkembang karena keberuntungan cuaca—tetapi juga karena dukungan pemerintah yang nyata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *