Pojok NTB – Tim pengabdian dari Universitas Mataram (Unram) melakukan langkah konkret dalam memperkuat Forum Masyarakat Peduli Lingkungan (FMPL) Gili Trawangan sebagai motor penggerak tata kelola sampah berkelanjutan. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang didanai hibah BIMA Kemendikbudristek Tahun 2025.
Dipimpin oleh Siska Ita Selvia, S.T., M.URP, dosen Program Studi Ilmu Tanah Unram, tim pengabdi melakukan identifikasi potensi dan persoalan yang dihadapi FMPL dalam pengelolaan sampah di Gili Trawangan, sebuah destinasi pariwisata unggulan nasional yang kini dibayangi oleh krisis sampah akibat tingginya aktivitas wisata.
“Gili Trawangan menghadapi tekanan berat dari sisi lingkungan, terutama di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang kondisinya sudah melebihi kapasitas dan menimbulkan ledakan-ledakan serta kebakaran,” ujar Siska.
FMPL yang selama ini bertanggung jawab atas pengangkutan sampah dari sumber ke TPA, kini juga menjalankan fungsi pemilahan, pengelolaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), pembentukan divisi bank sampah, hingga kampanye kebersihan pantai bersama Gili Eco Trust dan Asosiasi Pengusaha Gili Trawangan (AGPT).
Namun dalam praktiknya, tim Unram menemukan bahwa pengelolaan FMPL belum optimal. “Masih banyak kendala, seperti belum adanya struktur organisasi yang jelas, SOP tertulis, pencatatan keuangan manual, dan belum adanya sistem digital dalam operasional,” ungkapnya.
Kegiatan pengabdian dilakukan secara partisipatif bersama seluruh 35 anggota FMPL dari berbagai divisi. Dengan pendekatan Participatory Learning and Action (PLA), FMPL diberi ruang untuk mengidentifikasi sendiri masalah-masalah utama yang mereka hadapi, mulai dari kebijakan, operasional, hingga kapasitas sumber daya manusia.
Hasil dari PLA ini melahirkan Community Action Plan (CAP) sebagai dokumen rencana strategis pengelolaan sampah di Gili Trawangan. Rencana ini diharapkan menjadi dasar penyusunan awig-awig (aturan lokal) tentang pemilahan sampah dari sumbernya dan peningkatan kualitas layanan persampahan.
Tim Unram merekomendasikan enam solusi utama untuk penguatan FMPL:
- Penguatan manajemen kelembagaan;
- Restrukturisasi organisasi dengan menambah divisi baru seperti bank sampah, media & kreatif, serta pengolahan produk;
- Penambahan tenaga kerja operasional;
- Pengembangan sistem layanan digital berbasis web;
- Penyusunan baseline data pengelolaan sampah;
- Optimalisasi media sosial sebagai alat edukasi dan publikasi.
“Kami ingin menjadikan FMPL sebagai contoh sukses pengelolaan sampah partisipatif di pulau kecil yang tidak hanya berdaya secara sosial, tapi juga adaptif secara teknologi,” kata Siska.
Program pengabdian ini akan berlanjut hingga akhir tahun 2025. Agenda ke depan mencakup pendampingan penyusunan CAP, pengembangan aplikasi berbasis web, pelatihan manajemen bank sampah, kampanye komposting untuk rumah tangga, hingga peluncuran resmi aplikasi layanan FMPL kepada publik.
Harapannya, FMPL Gili Trawangan akan menjadi pionir pengelolaan sampah terpadu berbasis komunitas dan teknologi yang dapat direplikasi di kawasan wisata lainnya di NTB maupun Indonesia secara umum.