Proyek Elang di Balik Ropang: Harapan Baru Ekonomi Hijau dari Perut Sumbawa NTB

Pojok NTB – Di balik perbukitan hijau Ropang di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) dari sinilah PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN) menemukan “Elang”—deposit tembaga dan emas raksasa yang disebut-sebut sebagai salah satu cadangan porfiri terbesar di dunia yang belum dikembangkan.

Namun, penemuan ini bukan sekadar cerita tentang logam mulia dan keuntungan industri. Ia juga tentang arah baru NTB, tentang bagaimana sebuah provinsi bisa berdiri di garis depan ekonomi hijau Indonesia dan bahkan dunia — memadukan eksploitasi sumber daya dengan tanggung jawab lingkungan dan sosial yang lebih matang.

Sementara itu, berdasarkan laporan dari PT AMMAN melalui Joint Ore Reserves Committee (JORC) per 31 Desember 2024 lalu, PT AMMAN mencatat kenaikan signifikan cadangan bijih di Blok Elang. Dibandingkan tahun sebelumnya, volume cadangan meningkat 79 persen menjadi 2,5 miliar ton bijih, dengan kandungan tembaga melonjak 71 persen (dari 10,4 menjadi 17,8 miliar pon) dan emas naik 76 persen (dari 15 menjadi 26,4 juta ons).

Angka ini menandai transformasi Elang dari sekedar deposit prospektif menjadi aset tambang kelas dunia yang dimiliki NTB. Dengan volume sebesar itu, umur operasi tambang diperkirakan bisa melampaui beberapa dekade—tergantung strategi penambangan, kadar bijih, serta efisiensi pemprosesan.

“Ini kabar sangat baik bagi Provinsi NTB,” ujar Syamsuddin, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral NTB, saat ditemui di Mataram, Jumat (10/10/2025).

Katanya lagi “Lonjakan cadangan ini berarti umur tambang lebih panjang, produksi meningkat, dan dukungan yang signifikan bagi hilirisasi nasional.”

Menurutnya, dampaknya akan terasa langsung ke perekonomian daerah. Selama dua dekade terakhir, tambang Batu Hijau—juga dikelola PT AMMAN—telah berkontribusi menjaga pertumbuhan ekonomi NTB stabil di atas 5 persen per tahun. Dengan cadangan Elang yang tiga kali lebih besar, potensi pengganda ekonominya pun jauh lebih luas.

Tidak hanya itu, kenaikan cadangan Elang beriringan dengan upaya besar AMMAN memperkuat hilirisasi. Melalui anak usaha PT Amman Mineral Industri (AMIN), perusahaan membangun smelter tembaga dan precious metal refinery di Sumbawa Barat.

Proyek smelter ini memasuki tahap commissioning pada 2024 lalu, dengan laporan produksi katoda pertama pada Maret 2025. Meski belum mencapai kapasitas penuh karena kendala teknis, fasilitas ini menjadi simbol penting perubahan arah industri mineral Indonesia—dari ekspor bahan mentah menuju produksi bernilai tambah di dalam negeri seperti apa yang digaungkan oleh Pemerintah pusat di Jakarta.

“Kami menjalankan seluruh kegiatan dengan prinsip sustainable mining,” kata Kartika Octaviana, Vice President Corporate Communications AMMAN seperti dilansir dari keterangan resminya pada, Sabtu (18/10/2025)

Tambahnya “Peningkatan cadangan Elang akan memperpanjang umur tambang dan memperkuat kontribusi terhadap ekonomi daerah maupun nasional.”

Komitmen itu dibuktikan melalui sertifikasi internasional The Copper Mark yang diraih pada 2023 untuk operasi Batu Hijau. Sertifikasi tersebut mengakui kepatuhan AMMAN terhadap 32 kriteria praktik pertambangan beretika dan berkelanjutan, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB tentang produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab.

Mengukur Nilai Ekonomi: Angka-angka yang Mendorong Pertumbuhan NTB

Secara finansial, performa AMMAN sepanjang 2024 menunjukkan hasil impresif. Produksi tembaga naik 27 persen menjadi sekitar 395 juta pon, sementara produksi emas melonjak 73 persen menjadi 802.749 ons. Kenaikan ini mendorong lonjakan pendapatan dan laba perusahaan, serta memperkuat kapasitas fiskal negara melalui pajak dan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).

“Kalau Batu Hijau dengan cadangan 900 juta ton bisa menjaga ekonomi NTB tetap tumbuh, Elang dengan cadangan 2,5 miliar ton tentu akan memberikan dampak berlipat,” jelas Syamsuddin.

Selain itu, kehadiran smelter di Sumbawa Barat akan menjadi penggerak ekonomi baru. Sektor jasa, logistik, konstruksi, dan transportasi diprediksi ikut tumbuh, serta usaha-usaha di sekitar bakal terkena dampak positif sering dengan meningkatnya ekonomi para pekerja maupun masyarakat setempat.

Pemerintah daerah juga memperkirakan multiplier effect dari proyek ini dapat menciptakan ribuan lapangan kerja langsung dan tidak langsung di Pulau Sumbawa.

Masyarakat Lingkar Tambang: awalnya jadi Penonton, kini Jadi Pelaku

Berbeda dengan pola lama industri tambang yang sering menjauhkan masyarakat dari pusat keuntungan maupun mengeksploitasi awal sembarangan tanpa kaidah lingkungan, PT AMMAN mengusung pendekatan berbeda.

Melalui program Sinergi dan Selaras, perusahaan mengembangkan kapasitas UMKM, memberikan beasiswa, dan menyediakan pelatihan keterampilan kerja bagi warga lingkar tambang.

Program sosial perusahaan juga merambah bidang olahraga. Bersama Asian Soccer Academy (ASA), AMMAN menggelar Liga KSB, yang melibatkan remaja dan penyandang disabilitas.

“Olahraga menjadi media untuk membangun disiplin, kesehatan, dan rasa percaya diri,” kata Priyo Pramono, Vice President Social Impact AMMAN dalam siaran resminya dilansir pada Sabtu (18/18/2025).

“Kami ingin generasi muda Sumbawa tumbuh dengan nilai-nilai positif dan kebanggaan terhadap daerahnya,” katanya lagi.

Sedangkan menurut Pemprov NTB memastikan bahwa masyarakat lokal “tidak hanya menjadi penonton.” Pemprov mendorong keterlibatan warga dalam rantai pasok tambang, baik sebagai tenaga kerja, pelaku usaha, maupun penyedia jasa pendukung.

Meski fokus pada ekspansi, AMMAN tetap dituntut menjaga kepercayaan publik. Isu lingkungan seperti pengelolaan tailings, keanekaragaman hayati, dan reklamasi pascatambang menjadi perhatian utama.

Untuk menjaga lingkungan, PT AMMAN juga membentuk Komite Manajemen Risiko untuk memastikan setiap kegiatan tambang mematuhi prinsip keselamatan dan keberlanjutan. Pemerintah daerah juga aktif dalam pengawasan, meski kewenangan teknis berada di Kementerian ESDM.

“Koordinasi kami dengan inspektur tambang pusat sudah berjalan baik sejak 2016,” kata Syamsuddin. “Prinsipnya, setiap langkah harus transparan.”

Perusahaan juga dikenal terbuka terhadap publik. Laporan keuangan, perubahan kepemilikan saham, hingga paparan publik rutin tersedia di situs resmi.

“Tanpa diminta pun, mereka sudah menjalankan keterbukaan sesuai standar internasional,” tambahnya.

Menatap ke Depan: Kunci di Tata Kelola dan Kebijakan

Pakar ekonomi menyebut, masa depan NTB di sektor pertambangan bergantung pada dua hal utama: kekuatan tata kelola dan fleksibilitas kebijakan hilirisasi. Pemerintah daerah bersama pusat perlu memastikan bahwa proyek sebesar Elang tidak hanya menjadi sumber penerimaan, tetapi juga sumber pembelajaran bagi model pembangunan berkelanjutan.

“Regulasi harus adil dan transparan. Pengawasan perlu melibatkan masyarakat dan akademisi agar manfaat tambang bisa dirasakan luas,” tutup Syamsuddin.

Di tengah meningkatnya harga tembaga global dan kebutuhan logam untuk transisi energi hijau—mobil listrik, panel surya, dan baterai—Proyek Elang bukan sekadar investasi tambang. Ia adalah simbol pergeseran paradigma: bahwa kekayaan sumber daya alam NTB bisa menjadi motor ekonomi hijau yang diandalkan Indonesia, jika dikelola dengan ilmu, empati, dan keberlanjutan.