Pojok NTB — Harapan pemulihan ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai terbuka setelah pemerintah pusat memberikan izin relaksasi ekspor konsentrat bagi PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Kebijakan ini diharapkan menjadi titik balik perbaikan pertumbuhan ekonomi daerah yang sempat menurun pada awal tahun.
“Alhamdulillah, berdasarkan informasi dari Kementerian ESDM dan Kemenko Perekonomian, sejak tanggal 14 Oktober PT AMNT telah diberikan izin relaksasi ekspor konsentrat,” kata Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) NTB, Syamsudin, di Mataram.
Sebelumnya, penutupan sementara smelter di Sumbawa akibat belum adanya izin ekspor konsentrat disebut menjadi penyebab utama turunnya pertumbuhan ekonomi NTB. Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, bahkan mengungkapkan keprihatinannya atas capaian ekonomi NTB yang tercatat minus 1,47 persen.
“NTB yang selama ini tidak pernah mengalami pertumbuhan negatif, kini minus 1,47 persen. Hanya ada dua provinsi yang mengalami pertumbuhan minus, dan NTB salah satunya,” ujar Tito saat menghadiri Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Hotel Lombok Raya.
Menurut Tito, kondisi ini menjadi pelajaran penting bagi daerah agar tidak terlalu bergantung pada sektor pertambangan. “Ketika smelter di Sumbawa ditutup karena tidak bisa ekspor konsentrat, dampaknya langsung terasa pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,” tegasnya.
Sektor Non-Tambang Tetap Tumbuh Positif
Meski pertumbuhan ekonomi NTB secara agregat melambat, Pemerintah Provinsi menilai sektor riil di masyarakat masih menunjukkan kinerja positif. Kepala Dinas Kominfotik NTB, Yusron Hadi, menyebut bahwa pertumbuhan sektor non-tambang justru mengalami peningkatan signifikan.
“Pada triwulan II tahun 2025, sektor non-tambang tumbuh 6,08 persen, naik dari triwulan I sebesar 5,57 persen. Ini menunjukkan bahwa ekonomi riil masyarakat tetap bergerak positif,” jelasnya, Senin (25/8).
Menurut Yusron, hal ini merupakan hasil dari kebijakan pemerintah yang fokus mendorong pertumbuhan di luar sektor tambang, seperti pertanian, pariwisata, dan peningkatan aksesibilitas ekonomi masyarakat.
“Pemerintah akan terus memperkuat sektor pangan, pariwisata, dan layanan dasar masyarakat seperti kesehatan dan pendidikan, agar pertumbuhan ekonomi lebih merata dan berkelanjutan,” tambahnya.
Optimisme Pemulihan Ekonomi NTB
Pemprov NTB juga terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat agar proses ekspor tambang kembali normal sepenuhnya. Jika ekspor sudah berjalan stabil, Yusron optimistis pertumbuhan ekonomi NTB akan kembali melejit.
Selain itu, berbagai agenda besar seperti MotoGP Mandalika dan event nasional maupun internasional lain di tahun 2025 diharapkan mampu menjadi katalis bagi peningkatan ekonomi daerah.
“Tentu saja Pemprov tidak bekerja sendiri. Pemerintah kabupaten/kota, instansi vertikal, dan sektor swasta juga terus berupaya bersama-sama untuk memperkuat ekonomi NTB,” ujarnya.
Ia menambahkan, sejumlah faktor internal seperti pelantikan kepala daerah hasil Pilkada serentak pada Februari dan kebijakan efisiensi anggaran sempat memperlambat realisasi kegiatan pemerintah di awal tahun. Namun, pada sisa tahun anggaran 2025, pelaksanaan program akan dipercepat.
“Ritme memang sempat melambat di awal tahun, tapi pada sisa tahun ini kegiatan akan digas. Kami yakin pada tahun 2026, pemerintah lebih siap sejak awal untuk mengejar target pembangunan,” tutur Yusron.
Dengan dibukanya kembali izin ekspor konsentrat bagi PT AMNT dan terus tumbuhnya sektor non-tambang, Pemprov NTB optimistis laju ekonomi daerah akan kembali positif dan lebih berimbang antara industri ekstraktif dan sektor riil masyarakat.













