Pojok NTB – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus menunjukkan perkembangan pesat. Hingga 13 Oktober 2025, jumlah penerima manfaatnya telah menembus 1.141.974 jiwa, atau sekitar 61,7 persen dari total potensi 1,85 juta jiwa penerima manfaat di daerah ini.
Ketua Satgas MBG NTB, Ahsanul Khalik, mengatakan peningkatan tersebut tidak hanya mencakup jumlah penerima manfaat, tetapi juga kinerja dapur layanan (SPPG), keterlibatan tenaga kerja, serta partisipasi pelaku ekonomi lokal.
“Capaian pelaksanaan di lapangan menunjukkan peningkatan signifikan dari sisi penerima manfaat, tenaga kerja, hingga keterlibatan pelaku ekonomi lokal yang menjadi mitra program,” ujar Ahsanul di Mataram, Jumat (13/10).
Data Satgas menunjukkan, kelompok penerima manfaat MBG kini meluas mencakup berbagai jenjang pendidikan dan kelompok masyarakat rentan, mulai dari balita hingga ibu menyusui.
Rinciannya antara lain:
- Balita: 58.004 anak
- PAUD: 42.440 anak
- TK: 65.143 anak
- SD (kelas 1–6): 414.569 siswa
- SMP: 134.090 siswa
- SMA/SMK/MA: 201.608 siswa
- Madrasah & Pesantren: 179.533 santri
- PKBM: 4.865 warga belajar
- Ibu Hamil: 10.649 orang
- Ibu Menyusui: 21.414 orang
Jika dibandingkan dengan bulan September 2025 yang masih di kisaran 986.670 jiwa, angka ini menunjukkan lonjakan penerima manfaat yang signifikan.
Program MBG saat ini didukung oleh 349 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang beroperasi di seluruh kabupaten/kota di NTB. Setiap SPPG melibatkan tenaga kerja lokal sebanyak 15.063 orang dengan beragam peran, mulai dari kepala SPPG, ahli gizi, akuntan, juru masak, petugas kebersihan, hingga sopir.
“MBG bukan sekadar program pemenuhan gizi, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi daerah yang menyerap ribuan tenaga kerja rumah tangga dan profesional lokal,” jelas Ahsanul.
Program ini juga memperkuat ekonomi lokal dengan melibatkan 1.197 mitra dan supplier, yang terdiri dari 36 koperasi, 4 BUMDes, 631 UMKM, dan 526 pemasok individu. Mereka memasok bahan pangan lokal seperti sayur, ikan, telur, dan beras untuk memenuhi kebutuhan harian MBG.
“Kolaborasi ini membentuk rantai ekonomi baru berbasis pangan lokal, di mana hasil petani, nelayan, dan peternak NTB menjadi sumber utama bahan pangan MBG,” tambahnya.
Untuk memperluas jangkauan, Pemerintah Provinsi NTB bersama pemerintah kabupaten/kota mengusulkan pembangunan 100 SPPG tambahan di wilayah-wilayah terpencil seperti pulau kecil dan perbukitan yang sulit dijangkau transportasi.
Lokasi prioritas mencakup daerah yang memiliki sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita—kelompok yang menjadi penerima manfaat utama MBG.
Dengan kemajuan ini, program Makan Bergizi Gratis di NTB tidak hanya berperan dalam meningkatkan kualitas gizi masyarakat, tetapi juga menjadi instrumen pemberdayaan ekonomi lokal dan penguatan ketahanan pangan daerah.













