Ekonomi NTB Makin Anjlok di Tahun 2025

Pojok NTB – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat merilis data resmi terkait pertumbuhan ekonomi NTB Triwulan II 2025, Selasa (5/8/2025). Meskipun tumbuh secara triwulanan, ekonomi NTB mengalami kontraksi cukup dalam dibanding periode yang sama tahun lalu.

Kepala BPS Provinsi NTB, Dr. Drs. Wahyudin, M.M., menjelaskan bahwa nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTB atas dasar harga berlaku pada Triwulan II-2025 mencapai Rp47,46 triliun. Sementara atas dasar harga konstan 2010 sebesar Rp27,83 triliun.

Secara quarter to quarter (q-to-q), ekonomi NTB tumbuh sebesar 6,56 persen dibanding Triwulan I-2025. Pertumbuhan tertinggi tercatat pada sektor Industri Pengolahan yang melesat hingga 37,69 persen, serta sektor ekspor barang dan jasa yang tumbuh 26,62 persen.

Namun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/y-on-y), ekonomi NTB justru mengalami kontraksi sebesar -0,82 persen. Penurunan terdalam terjadi di sektor Pertambangan dan Penggalian, yang anjlok hingga 29,93 persen, dan ekspor barang/jasa yang jatuh sebesar 40,02 persen.

Secara kumulatif, dari Triwulan I hingga II 2025 terhadap periode yang sama tahun lalu (cumulative to cumulative/c-to-c), NTB juga mengalami kontraksi sebesar -1,11 persen.

Kontraksi ini utamanya dipicu oleh dua hal. Pertama, penurunan tajam produksi konsentrat tembaga oleh PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) hingga 57 persen, akibat dihentikannya ekspor mineral mentah sebagai implementasi UU No. 3 Tahun 2020. Kedua, penurunan realisasi belanja pegawai pemerintahan, yang turun dari Rp3,2 triliun menjadi Rp2,9 triliun, karena pembayaran THR sudah dilakukan pada triwulan sebelumnya.

Selain itu, ekspor luar negeri Provinsi NTB pada Triwulan II 2025 juga terjun bebas sebesar 77,73 persen secara y-on-y, karena tidak adanya lagi ekspor konsentrat tembaga. Sementara belanja pegawai dari APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota turut menyusut 7,72 persen secara tahunan.

Meski begitu, NTB masih memiliki titik terang. Industri pengolahan tumbuh tinggi berkat beroperasinya smelter PT. Amman Mineral Industri (AMIN) di Sumbawa Barat, yang mendorong pertumbuhan sektor ini hingga 66,19 persen (y-on-y).

Sektor akomodasi dan makanan minuman juga naik signifikan, seiring meningkatnya wisatawan asing dan jumlah tamu hotel yang tumbuh 31 persen. Sementara sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai penyumbang terbesar PDRB NTB, menunjukkan pertumbuhan positif, didukung naiknya produksi padi sebesar 5,86 persen.

Di sisi pengeluaran, kontraksi juga tertahan oleh tumbuhnya komponen konsumsi rumah tangga, investasi (PMTB), dan konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga.