Mengapa Lansia Sering Mudah Marah? Ini Penjelasan Ahlinya

POJOK NTB – Banyak orang dewasa muda hingga keluarga sering kali kebingungan menghadapi orang tua yang tampak mudah tersulut emosi. Fenomena ini bukan tanpa alasan. Para pakar menyebut bahwa perubahan fisik dan mental yang dialami lansia menjadi salah satu faktor utama di balik meningkatnya tingkat kemarahan pada usia lanjut.

 

Perubahan pada fungsi tubuh dan kemampuan kognitif dapat menyebabkan lansia menjadi lebih sensitif, mudah tersinggung, dan bahkan frustrasi dalam menghadapi hal-hal yang sebelumnya dianggap sepele.

 

Perubahan Fisik dan Mental Picu Emosi

 

Seiring bertambahnya usia, kemampuan kognitif seseorang bisa mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan kesulitan berpikir jernih, perubahan suasana hati, hingga meningkatnya iritabilitas.

 

“Penurunan hormon seperti estrogen dan testosteron juga berperan dalam perubahan mood,” jelas seorang psikolog klinis. Gangguan mental seperti demensia dan Alzheimer bahkan dapat memicu kebingungan yang sering diekspresikan dalam bentuk kemarahan.

 

Kehilangan Kemandirian dan Perubahan Gaya Hidup

 

Tidak sedikit lansia yang harus menyesuaikan diri dengan kehidupan baru, seperti tinggal di panti jompo atau harus bergantung pada orang lain. Kondisi ini bisa menimbulkan rasa tidak berdaya dan kehilangan kontrol.

 

“Bayangkan seseorang yang dulu sangat mandiri, kini harus meminta bantuan untuk hal-hal kecil. Itu bisa memicu frustrasi,” ujarnya.

 

Tekanan dari Penyakit dan Efek Obat

 

Selain itu, lansia juga lebih rentan terhadap berbagai penyakit kronis seperti rematik, diabetes, atau hipertensi yang menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan berkelanjutan.

 

Beberapa obat yang dikonsumsi pun memiliki efek samping yang dapat memengaruhi kondisi psikologis. Gangguan tidur, rasa lelah berlebih, hingga perubahan suasana hati adalah efek yang umum dirasakan.

 

Faktor Psikologis Tak Bisa Diabaikan

 

Perasaan kehilangan, penyesalan, bahkan kekecewaan terhadap masa lalu juga bisa membayangi pikiran para lansia. “Ketika mereka menilai hidupnya penuh kegagalan atau merasa dilupakan oleh keluarga, emosi negatif bisa meningkat drastis,” tambah pakar tersebut.

 

Untuk itu, penting bagi keluarga dan masyarakat untuk lebih memahami kondisi psikologis lansia dan memberikan dukungan emosional yang memadai. Pendekatan penuh empati dan komunikasi yang sabar menjadi kunci untuk menjaga kualitas hubungan dengan orang tua.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *