AMMAN Dapat Izin Ekspor Tembaga, Gubernur Iqbal: Dorongan Besar untuk Pulihkan Ekonomi NTB

Pojok NTB – PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) resmi memperoleh rekomendasi ekspor konsentrat tembaga sebesar 480.000 metrik ton kering (dmt) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Rekomendasi tersebut berlaku selama enam bulan terhitung mulai 31 Oktober 2025 dan menjadi dasar bagi Kementerian Perdagangan untuk menerbitkan Surat Persetujuan Ekspor (SPE) bagi perusahaan tambang asal Sumbawa Barat itu.

Presiden Direktur AMNT, Rachmat Makassau, menyatakan bahwa izin ekspor ini merupakan langkah penting untuk menjaga kelangsungan operasional perusahaan.

“Dengan dimulainya kembali penjualan konsentrat tembaga, kami dapat memastikan kapasitas gudang penyimpanan tidak melebihi batas. Operasional tambang tetap dapat berjalan sesuai rencana selama proses perbaikan fasilitas smelter berlangsung. Dengan demikian, kontribusi fiskal AMMAN bagi perekonomian nasional dan daerah dapat kembali pulih serta mendukung pemulihan ekonomi NTB,” ujar Rachmat.

Gubernur Nusa Tenggara Barat, Lalu Muhammad Iqbal, menyambut baik langkah pemerintah pusat tersebut. Ia menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi NTB turut berperan aktif dalam mempercepat terbitnya izin ekspor tersebut.

“Sejak awal kami berkoordinasi intens dengan berbagai kementerian dan lembaga agar izin ini segera terbit. Izin ini bukan hanya penting bagi operasi AMMAN, tetapi juga untuk menggerakkan ekonomi lokal dan menjaga stabilitas fiskal daerah,” tegas Iqbal.

Iqbal menambahkan bahwa sejak terhentinya operasi smelter AMMAN, sektor pertambangan di NTB mengalami kontraksi hingga -30%, yang berdampak langsung pada turunnya pertumbuhan ekonomi daerah ke angka -1,47%.

“Padahal sektor lain, seperti pertanian, tumbuh sangat tinggi hingga 10,28%, tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Karena itu, kami mengingatkan AMMAN agar memastikan smelter segera beroperasi normal kembali,” tambahnya.

Sebelumnya, fasilitas smelter AMMAN harus berhenti sementara pada Juli dan Agustus 2025 karena perbaikan pada unit Flash Converting Furnace dan Sulfuric Acid Plant. Penghentian sementara ini dilakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah dan menjaga keselamatan kerja.

“Perbaikan pada komponen utama smelter memiliki tingkat kompleksitas tinggi dan harus dilakukan secara menyeluruh. Pekerjaan ini diperkirakan akan berlanjut hingga paruh pertama tahun 2026. Selama proses perbaikan, kami tetap beroperasi secara parsial dengan peningkatan produksi yang dilakukan hati-hati tanpa mengabaikan aspek keselamatan,” tutup Rachmat.