Pojok NTB – Direktur RS Mata NTB, dr. Cahya Dessy Rahmawati, memberikan klarifikasi terkait isu yang beredar mengenai kondisi rumah sakit yang disebut minim fasilitas dan suasananya ramai seperti pasar.
Menurutnya, situasi tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat. “Biasanya satu pasien bisa datang dengan diantar dua mobil pickup. Saat pandemi Covid-19, kita pernah menerapkan aturan hanya satu pendamping per pasien, namun setelah pandemi berakhir aturan itu sulit diterapkan kembali,” jelasnya, Sabtu (27/9).
dr. Cahya juga menegaskan bahwa pemeriksaan mata, khususnya layanan retina, membutuhkan waktu cukup lama, antara 15 hingga 30 menit per pasien.
“Sehingga wajar jika terjadi antrian. Di mana pun pasti ada antrian, apalagi lahan dan bangunan RS Mata NTB masih terbatas karena merupakan bangunan lama,” tambahnya.
Ia mengakui keterbatasan lahan menjadi tantangan tersendiri, namun berharap ke depan ada dukungan berupa hibah lahan di sekitar rumah sakit.
Lebih lanjut, ia menepis keluhan yang sempat disampaikan salah satu pasien terkait antrian dan fasilitas.
“RS Mata NTB merupakan satu-satunya rumah sakit rujukan retina di daerah ini, dengan peralatan terlengkap meski ruangannya kecil. Karena itulah kadang suasana menjadi padat dan antrian panjang,” tutupnya.