Pojok NTB – Badan Pusat Statistik (BPS) NTB menegaskan bahwa minusnya pertumbuhan ekonomi NTB dalam dua kuartal terakhir bukan cerminan kondisi masyarakat secara umum, melainkan akibat turunnya produksi tambang bijih logam.
“Ekonomi NTB ditopang oleh tiga sektor utama: pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Ketiganya berkontribusi lebih dari 50 persen terhadap perekonomian NTB,” jelas Kepala BPS NTB, Wahyudin, di Mataram, Kamis (25/9).
Ia menyebut, pada triwulan I 2025 ekonomi NTB terkontraksi -1,43%, dan kembali minus -0,82% pada triwulan II.
“Penyebab utamanya adalah penurunan produksi tambang PT Amman Mineral KSB yang anjlok hingga 29,93%,” ungkapnya.
Menurutnya, penurunan itu terjadi karena kapasitas gudang dan smelter masih rendah, hanya sekitar 25–30%.
“Padahal, jika ekspor konsentrat diizinkan berjalan paralel dengan pengolahan smelter, pertumbuhan ekonomi NTB bisa positif,” tambah Wahyudin.
BPS NTB juga menekankan bahwa jika sektor tambang dikeluarkan dari perhitungan, maka pertumbuhan ekonomi NTB sebenarnya mencapai 6,08%, naik dibanding triwulan I yang sebesar 5,57%.
“Artinya, kondisi minus ini tidak menggambarkan daya beli masyarakat kita. Konsumsi rumah tangga justru naik 4,8%,” tegasnya.
Saat ini, sekitar 1 juta penduduk NTB bekerja di sektor pertanian, sementara sektor tambang hanya melibatkan sekitar 30 ribu pekerja.
“Jadi meski secara angka kita berada di urutan bawah nasional, masyarakat masih merasakan pertumbuhan ekonomi yang sehat,” pungkas Wahyudin.