Pojok NTB – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat merilis perkembangan terbaru terkait inflasi, pariwisata, serta ekspor-impor daerah. Dalam rilis yang disampaikan Kepala BPS NTB, Dr. Wahyudin, diketahui bahwa nilai ekspor NTB pada April 2025 mencapai US$ 54,316 juta, didominasi oleh komoditas tembaga senilai US$ 51,645 juta. Negara tujuan utama ekspor ini adalah Tiongkok, Korea Selatan, dan Taiwan.
Di sisi lain, nilai impor pada periode yang sama tercatat sebesar US$ 33,395 juta. Dengan demikian, NTB mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$ 20,92 juta pada Mei 2025. Meski begitu, secara kumulatif sepanjang tahun 2025, NTB masih mengalami defisit perdagangan sebesar US$ 18,15 juta.
Sementara itu, pada sektor pariwisata, jumlah tamu hotel di NTB meningkat signifikan. Tercatat 104.628 orang menginap di hotel berbintang (naik 7,16 persen) dan 130.553 orang di hotel non-bintang (naik 23,69 persen). Perjalanan wisatawan Nusantara (Wisnus) ke NTB juga tinggi, mencapai 1,177 juta orang sepanjang Mei 2025, dengan Kota Mataram sebagai destinasi terfavorit.
Dalam rilis yang sama, BPS juga mencatat inflasi NTB secara tahunan (year-on-year) sebesar 2,51 persen, lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 1,87 persen. Namun, secara bulanan (month-to-month), NTB mengalami deflasi 0,60 persen, disumbang oleh penurunan harga komoditas seperti daging ayam ras, bawang putih, angkutan laut, jeruk, dan bensin.
“Angka inflasi yang di atas nasional ini menjadi warning bagi kami di TPID Provinsi untuk mengambil langkah antisipatif, apalagi masih ada event besar seperti MotoGP yang bisa memicu lonjakan harga,” ujar Analis Kebijakan Ahli Madya Biro Ekonomi Setda NTB, Nana Oktutiana.