
Pojok NTB – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) angkat bicara terkait kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang dosen mata kuliah Bahasa Arab di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram terhadap sejumlah mahasiswi. Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) NTB, Yusron Hadi, menyampaikan keprihatinan mendalam atas maraknya kekerasan seksual yang melibatkan oknum pendidik.
“Pemerintah Provinsi tentu sangat menyayangkan maraknya kekerasan seksual yang menimpa murid, siswa, bahkan kini merambah ke mahasiswi-mahasiswi kita. Lebih disayangkan lagi, pelakunya justru oknum pendidik—yang seharusnya menjadi tauladan dan pengayom,” ujar Yusron di Mataram, Rabu (25/5/2025).
Yusron menegaskan bahwa fenomena ini bukan sekadar kasus individual, tetapi merupakan masalah sosial yang harus diselesaikan secara kolektif, melibatkan semua pihak lintas sektor, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, dan tokoh masyarakat.
“Ini fenomena sosial yang harus diselesaikan bersama. Pemprov NTB melalui instrumen yang dimiliki akan terus bergerak dan memperkuat sinergi dengan berbagai pihak untuk mengurai persoalan ini,” katanya.
Ia juga mendorong adanya penguatan peran pencegahan di semua lini—mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, hingga dunia pendidikan. Menurutnya, tindakan pencegahan harus berjalan berdampingan dengan penegakan sanksi tegas kepada para pelaku.
“Kami mendorong supaya penguatan dilakukan di semua lini, termasuk penegakan sanksi yang tegas kepada pelaku. Wabil khusus di lembaga pendidikan, kita harus eliminasi segala bentuk celah yang memberi ruang terjadinya tindakan seperti ini,” tambahnya.
Yusron juga menyoroti pentingnya peran para tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam menyuarakan nilai-nilai moral dan kesadaran kolektif melalui kegiatan budaya serta keagamaan yang mengakar di masyarakat NTB.
“Tak kalah penting adalah peran tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kegiatan kebudayaan-keagamaan yang bisa terus mengedukasi publik. Kita perlu membangun kesadaran bersama bahwa tindakan seperti ini tidak bisa ditoleransi, dan harus dihentikan,” tegas Yusron.
Diketahui, kasus dugaan pelecehan seksual di UIN Mataram mencuat setelah sejumlah korban, yang sebagian besar penerima beasiswa, mengaku mendapat perlakuan tidak senonoh dari dosen mereka. Salah satu korban bahkan mengaku berani melapor karena terinspirasi dari film bertema perlawanan terhadap pelecehan seksual.
Kasus ini kini tengah menjadi sorotan publik, dan berbagai pihak mendesak agar pelaku segera ditindak secara hukum serta UIN Mataram melakukan langkah-langkah konkret untuk memastikan kampus menjadi ruang yang aman bagi seluruh sivitas akademika.