Akademisi Kritik Gaya Komunikasi Pemimpin NTB, Ingatkan Risiko “Katak Rebus”

Pojok NTB – Akademisi Prof. Asikin menilai unjuk rasa atau aksi massa merupakan hal wajar dalam kehidupan demokrasi. Namun, ia menegaskan aksi tersebut tidak boleh disertai tindakan anarkis maupun memancing keributan.

“Unjuk rasa adalah hak setiap orang dalam menyampaikan pendapat, tetapi harus tetap berada dalam koridor hukum dan tidak boleh anarkis,” kata Prof. Asikin.

Menurutnya, kondusivitas daerah bisa terjaga apabila pemimpin memiliki gaya komunikasi yang baik. Ia menyoroti gaya komunikasi Gubernur NTB Lalu Muhammad Iqbal yang dinilai kurang sigap dalam merespons situasi.

“Pak Iqbal ini gaya komunikasinya tidak baik, cenderung lambat mengambil sikap. Seharusnya sejak awal bisa diantisipasi dengan menggandeng seluruh elemen, termasuk tokoh agama,” ujarnya.

Prof. Asikin juga mengingatkan pentingnya sinergi antar semua pihak. Ia mengibaratkan situasi saat ini dengan teori The Boiling Frog atau katak yang direbus perlahan hingga tidak menyadari bahaya.

“Asumsinya, jika katak dimasukkan ke air mendidih, ia akan melompat keluar. Tapi jika direbus perlahan dalam air hangat, ia tidak sadar akan bahaya dan akhirnya mati. Begitu juga situasi yang tampak tenang, kadang justru menyimpan bahaya di dalamnya,” pungkasnya.