Pojok NTB – Kontraksi ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada kuartal II tahun 2025 menjadi sorotan akademisi. Dosen Ekonomi Universitas Mataram (UNRAM), Muhammad Bai’ul Hak, menilai kondisi ini sebagai alarm serius bagi pemerintah daerah.
Saat ekonomi nasional tumbuh 5,12% (YoY), NTB justru mengalami kontraksi -0,82% (YoY). Sementara itu, Bali tumbuh 5,36% dan NTT 5,44%. Dari 38 provinsi, hanya tiga yang mengalami kontraksi, yaitu NTB, Papua Tengah, dan Papua Barat.
“Penyebab utamanya karena sektor tambang yang menjadi andalan masih terhambat. Ini menunjukkan betapa rapuhnya ekonomi NTB karena terlalu bergantung pada tambang,” tegas Bai’ul Hak, Selasa (19/8).
Ia juga menyoroti rendahnya belanja pemerintah yang seharusnya bisa menjadi penggerak ekonomi. Banyak OPD disebut enggan mengeksekusi anggaran karena trauma kasus hukum yang menyeret mantan Sekda NTB.
“Birokrat yang seharusnya jadi operator belanja tidak bergairah menjalankan program. Lelang jabatan eselon II yang didominasi orang luar juga memberi sinyal negatif bagi birokrat lokal. Akibatnya, belanja pemerintah melemah, daya beli masyarakat pun ikut turun,” paparnya.
Menurutnya, situasi ini memperlihatkan pemerintah daerah gagal memaksimalkan instrumen yang ada. “Belanja pemerintah itu sifatnya sudah pakem, tapi kalau eksekusinya lemah, dampaknya langsung terasa ke ekonomi lokal,” ujarnya.
Bai’ul mendorong pemerintah NTB tidak lagi terjebak pada ketergantungan tambang. Sektor pertanian dan industri pengolahan harus menjadi prioritas karena mampu memberi nilai tambah dan membuka lapangan kerja.
“Pertanian pasca panen memberi daya ungkit besar, sementara industri pengolahan bisa menyerap tenaga kerja. Tapi yang paling penting adalah pasar. Hasil pertanian dan produk olahan harus diperluas segmentasinya, bahkan menembus pasar internasional,” jelasnya.
Ia menegaskan, BUMD harus mengambil peran strategis dalam menjaga rantai pasok hingga mencarikan pasar. “BUMD harus proaktif, bukan sekadar menunggu. Komoditas dan produk lokal NTB bisa bersaing asal memenuhi standar,” pungkasnya.