Pojok NTB — Di tengah riuh sorak penonton dan panas matahari yang menyengat arena pacuan kuda Sasake, ada sekelompok tenaga kesehatan yang tidak ikut bertanding, tapi justru menjadi garda terdepan keselamatan para atlet dan peserta Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII. Mereka adalah Tim Prehospital Rumah Sakit Mandalika, yang sejak awal penyelenggaraan tanggal 25 Juli, telah bertugas dengan penuh dedikasi di berbagai titik pelaksanaan inorga (induk organisasi olahraga).
Beranggotakan satu dokter, enam perawat, dan satu sopir ambulans, tim ini bekerja secara bergilir, menyesuaikan kebutuhan tiap-tiap inorga yang tersebar di berbagai kabupaten/kota di NTB. Meski jumlahnya tidak besar, semangat mereka seolah tak pernah surut.
Beberapa titik inorga yang telah mereka kawal antara lain:
FKTI (Federasi Karate Tradisional Indonesia) – Kota Mataram, 26–27 Juli
ILDI (Ikatan Langkah Dansa Indonesia) – Kota Mataram, 26–27 Juli
ISDMI (Ikatan Senam Dance Mix Indonesia) – Kota Mataram, 26–27 Juli
PORDASI (Persatuan Olahraga Berkuda Indonesia) – Lombok Tengah, 28 Juli
PELANGI (Perkumpulan Pelayang Indonesia) – Kota Mataram, 28–29 Juli
APPSBI (Asosiasi Perguruan Pencak Silat Budaya Indonesia) – Kota Mataram, 28–29 Juli
PERBOSI (Persatuan Bola Sundul Indonesia) – Kota Mataram, 28–29 Juli
FONI (Federasi Orienteering Nasional Indonesia) – Kota Mataram, 30–31 Juli
SHM (Silat Harimau Minangkabau) – Lombok Barat, 30–31 Juli
Namun momen paling membekas terjadi pada Senin (28/07), saat tim diterjunkan ke Arena Pacuan Kuda Sasake – sebuah event yang menjadi primadona di ajang FORNAS kali ini. Di tengah atmosfer kompetitif dan kondisi cuaca ekstrem, tim medis tetap sigap menjalankan tugas, memantau kesehatan atlet, hingga bersiaga menghadapi risiko cedera di lapangan terbuka.
Kehadiran Gubernur NTB, Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal, yang meninjau langsung lokasi, menjadi energi tambahan bagi tim. Di sela kegiatan, Gubernur menyempatkan menyapa dan memberi apresiasi hangat kepada petugas medis dari RS Mandalika. Sebuah gestur kecil, namun bermakna besar—terutama bagi mereka yang bekerja tanpa banyak sorotan kamera.
“Kami merasa bangga bisa menjadi bagian dari tim yang berperan langsung dalam menjaga keselamatan para peserta. Apresiasi dari Bapak Gubernur menjadi penyemangat tambahan bagi kami untuk terus siaga di setiap titik kegiatan,” ujar salah satu perawat yang tergabung dalam tim prehospital.
Direktur RS Mandalika, dr. Oxy Cahyowahyuni, Sp. EM., FICEP., FISQua, menegaskan bahwa keterlibatan pihaknya dalam FORNAS bukan sekadar penugasan, tapi bentuk nyata komitmen rumah sakit terhadap keselamatan publik.
“Tim kami dilengkapi dengan peralatan medis yang memadai dan kompetensi kegawatdaruratan. Ini bukan hanya soal layanan medis, tapi bentuk partisipasi aktif RS Mandalika dalam menyukseskan NTB sebagai tuan rumah FORNAS,” jelasnya
Komitmen ini tidak hanya tercermin dalam kesiapan logistik dan teknis, tapi juga dalam nilai-nilai empati, kesiapsiagaan, dan kolaborasi lintas sektor. Hingga penutupan FORNAS pada 1 Agustus nanti, Tim Prehospital RS Mandalika akan terus bergerak dari satu titik ke titik lainnya, memastikan semangat sportivitas peserta tetap terjaga bersama rasa aman yang menyertainya.
Di tengah gegap gempita pesta olahraga ini, mereka adalah pahlawan tanpa selempang. Tidak berlomba merebut medali, tapi memastikan tak ada satupun jiwa yang terabaikan di tengah sorak-sorai kemenangan.