Evakuasi Terkendala Cuaca, Pemprov NTB Dorong Gunakan Helikopter Selamatkan Pendaki di Rinjani

Pojok NTB — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memberikan tanggapan terkait insiden jatuhnya seorang pendaki di kawasan Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025) pagi lalu. Proses evakuasi korban hingga kini masih terus diupayakan oleh tim gabungan, meski terkendala cuaca ekstrem.

Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Diskominfotik) NTB, Yusron Hadi, mengatakan pihaknya berharap upaya penyelamatan hari ini berjalan lancar.

“Semoga tim SAR dan regu penyelamat gabungan dapat segera mengevakuasi korban yang jatuh saat pendakian di Gunung Rinjani. Kendala utama saat ini adalah cuaca yang cepat berubah. Segala upaya tengah dilakukan, termasuk mempertimbangkan penggunaan helikopter untuk mengevakuasi korban dari lokasi yang diperkirakan berada di kedalaman 500 meter,” ujar Yusron, Selasa (24/6/2025).

Ia menambahkan, kondisi korban belum bisa dipastikan lantaran kabut tebal kerap menghalangi jarak pandang dan menyulitkan proses evakuasi. “Mari kita doakan agar korban bisa segera diselamatkan,” imbuhnya.

Budi dari pihak Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) merinci bahwa upaya penyelamatan dimulai sejak pukul 06.00 Wita dengan menggunakan drone untuk melacak posisi korban. Sekitar pukul 06.30 Wita, korban terlihat tersangkut di tebing batu dan tidak menunjukkan tanda-tanda gerakan secara visual.

Tim gabungan kemudian melakukan dropping tali dan peralatan menuju Cemara Nunggal, lokasi terakhir pendakian. Korban diperkirakan berada di kedalaman 500 meter dari titik puncak. Pukul 10.06 Wita, tim rescuer 1 yang terdiri dari 8 orang—anggota Basarnas, SAR Unit Lotim, dan Brimob—diturunkan ke lokasi.

Namun, proses penyelamatan menemui kendala serius. Lokasi korban sulit dijangkau karena adanya dua overhang pada tebing, serta cuaca yang cepat berubah menjadi berkabut tebal. Demi keselamatan, tim akhirnya ditarik kembali ke posisi awal.

Pada pukul 14.30 Wita, Gubernur NTB Lalu Muhammad Iqbal bersama Wakil Gubernur Indah Dhamaryanti Putri dan pejabat terkait menggelar rapat evaluasi secara daring.

Dalam rapat tersebut, Gubernur mendorong agar evakuasi dilakukan secepatnya menggunakan helikopter, mengingat “golden time” korban di alam terbuka hanya sekitar 72 jam.

Kepala Kantor Basarnas Mataram menyatakan bahwa secara teknis evakuasi menggunakan helikopter memungkinkan, asalkan spesifikasi helikopter memenuhi syarat, seperti adanya hoist (pengerek udara) untuk air lifting. Namun, cuaca ekstrem tetap menjadi tantangan utama dalam pelaksanaannya.

Hingga berita ini diturunkan, tim gabungan masih berupaya melanjutkan misi penyelamatan, sembari memantau kondisi cuaca yang terus berubah.