Balita di Bima Kehilangan Tangan, Diduga Malapraktik Infus

Balita di Bima Kehilangan Tangan, Diduga Malapraktik Infus


Pojok NTB
– Duka mendalam menyelimuti keluarga Marliana, warga Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Putrinya, Arumi Aghnia Azkayra, balita berusia 16 bulan, harus kehilangan tangan kanannya setelah mengalami infeksi parah yang diduga akibat malapraktik saat pemasangan infus di Puskesmas Bolo.

Kronologi kejadian bermula pada 10 April 2025, saat Arumi dibawa ke IGD Puskesmas Bolo karena demam dan muntah. Infus pertama dipasang di tangan kiri, namun menyebabkan bengkak dan akhirnya dicabut. Infus kemudian dipasang di tangan kanan. Ketika tangan mulai membengkak, Marliana sudah memperingatkan perawat, namun suntikan tetap diberikan. Bengkak bertambah parah hingga menghitam.

Pada 13 April, Arumi dirujuk ke RSUD Sondosia. Dokter menduga hanya terjadi penumpukan cairan dan memberikan kompres. Namun kondisi memburuk: tangan menghitam, kaku, dan bengkak hingga ke atas siku. Permintaan Marliana untuk rujukan ke RSUD Bima sempat ditolak. Ia harus memohon sambil menangis untuk mendapat rujukan paksa.

Setelah akhirnya dirawat di RSUD Bima pada 15 April malam, keluhan Marliana tidak langsung ditanggapi serius. Dugaan amputasi bahkan sempat ditertawakan oleh tenaga medis. Baru setelah ia menangis histeris, Arumi menjalani tindakan operasi, namun jari-jari tangan kanannya sudah tidak aktif.

Pada 19 April, Arumi dirujuk ke RSUP NTB di Mataram. Infeksi sudah menyebar luas. Tangan kanan Arumi akhirnya diamputasi pada 12 Mei 2025.

Kini, Marliana menuntut:

1. Pemeriksaan dan sanksi terhadap tenaga medis yang lalai.

2. Pertanggungjawaban pidana dan perdata dari seluruh fasilitas kesehatan terkait.

3. Jaminan masa depan Arumi, termasuk tangan prostetik, pendidikan, dan pendampingan psikologis.

4. Evaluasi sistem rujukan dan penanganan medis di NTB oleh Pemda dan Kementerian Kesehatan.

Arumi masih menjalani perawatan intensif di RSUP NTB. Marliana berharap tragedi ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, agar tak ada lagi anak-anak yang menjadi korban kelalaian medis.

“Tolong bantu sebarkan kisah ini agar keadilan bisa ditegakkan,” pinta Marliana.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *