Pojok NTB – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) diharapkan menjadi langkah strategis untuk menekan angka stunting di Nusa Tenggara Barat (NTB), yang kembali mengalami kenaikan pada tahun 2024.
Plh Kepala Dinas Kesehatan NTB, Tuti Herawati, menyebutkan bahwa berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di NTB sempat turun signifikan dari 32,7% pada 2022 menjadi 24,6% pada 2023. Namun, pada 2024 justru kembali naik menjadi 29,8%.
“Angka stunting di NTB ini fluktuatif. Karena itu, MBG diharapkan bisa menjadi salah satu solusi utama dalam menurunkan stunting,” ujar Tuti, Senin (2/6/2025).
Ia menjelaskan, dua metode evaluasi digunakan dalam memantau stunting: Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang dilakukan lima tahun sekali, dan SSGI yang dilakukan setiap tahun. Namun, NTB kini menjadi salah satu dari hanya dua provinsi di Indonesia yang telah mampu melakukan pengukuran stunting secara detail “by name by address”, selain Kalimantan Timur.
“Ini penting agar kita bisa memantau langsung kondisi setiap anak dan keluarga yang menjadi sasaran program. Puskesmas juga kami dorong untuk aktif melakukan pengukuran dan pendampingan,” tambahnya.
Dalam program MBG, Dinas Kesehatan memiliki peran penting dalam memastikan keamanan dan kebersihan makanan, serta memberikan edukasi gizi kepada penerima manfaat. Evaluasi dan monitoring juga terus dilakukan untuk memastikan efektivitas program dalam mencegah dan mengurangi stunting.
Tuti juga mengakui bahwa beberapa program gizi di masa lalu, seperti pembagian telur dan suplemen anemia, sempat memberikan dampak positif namun belum diaktifkan kembali.
“Kita dulu punya praktik baik, di mana seluruh dinas ikut pegang data stunting. Sekarang, penguatan data dan pengukuran detail masih menjadi tantangan, tapi NTB sudah lebih maju dengan sistem by name by address,” katanya.
Dengan dukungan lintas sektor dan keterlibatan masyarakat, Pemprov NTB berharap program MBG mampu menekan angka stunting secara berkelanjutan dan terukur.