
Pojok NTB – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami kontraksi signifikan pada triwulan I tahun 2025. Dalam laporan resmi bertajuk Berita Resmi Statistik No. 29/05/52/Th.XIX, tercatat pertumbuhan ekonomi NTB turun hingga minus 1,47 persen (y-on-y).
Angka tersebut menempatkan NTB sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi terendah kedua di Indonesia, hanya lebih baik dari Papua Tengah yang mencatat minus 25,53 persen. Sebaliknya, Maluku Utara justru berada di posisi tertinggi dalam hal pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam rincian data BPS, pertumbuhan ekonomi NTB secara triwulanan (quarter to quarter / q-to-q) juga mengalami penurunan sebesar -2,32 persen, dan secara kumulatif (c-to-c) tercatat -1,42 persen.
Kondisi ini menuai sorotan dari Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Ia mempertanyakan bagaimana NTB yang hanya terdiri dari dua pulau besar bisa mengalami penurunan ekonomi hingga sedalam itu, terlebih di tengah tren pertumbuhan ekonomi nasional yang sedang menanjak.
“Di tengah pertumbuhan ekonomi nasional yang menanjak, NTB justru mencatat kontraksi minus 1,47 persen. NTB ini hanya mengelola dua pulau, tapi kok bisa minus? Ini pekerjaan rumah besar bagi Pak Gubernur Iqbal. Kenapa bisa sampai minus sejauh itu?” tegas Tito.