
Pojok NTB – Merosotnya pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada triwulan I tahun 2025 yang tercatat minus 1,47 persen menuai sorotan dari berbagai kalangan, termasuk para akademisi. Salah satu suara kritis datang dari Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram (FEB UNRAM), Muhamad Bai’ul Hak, yang menyebut kondisi ini sebagai peringatan serius bagi arah pembangunan ekonomi daerah.
“Kalau melihat data pertumbuhan ekonomi NTB triwulan I ini, memang sedikit miris. Maka tidak heran hal ini mendatangkan semprotan dari Mendagri,” kata Bai’ul.
Menurutnya, kontraksi ekonomi NTB bukan hanya terjadi pada periode ini, tetapi juga terlihat konsisten jika dibandingkan dengan triwulan atau tahun sebelumnya. Ia menegaskan bahwa akar persoalan ini terletak pada ketergantungan NTB yang terlalu besar pada sektor tambang.
“Selama tidak ada aktivitas ekspor tambang, maka ekonomi kita akan sulit bergerak positif,” tegasnya.
Tak hanya itu, rendahnya realisasi belanja pemerintah juga memperparah situasi. Bai’ul menyebut hal ini sebagai cerminan rapuhnya fundamental ekonomi NTB yang sangat tergantung pada sektor yang sulit diintervensi oleh pemerintah daerah, khususnya Pemprov NTB.
“Ayolah, NTB sudah seharusnya lepas dari bayang-bayang tambang. Biarkan tambang berjalan dengan sistemnya sendiri. Pemerintah daerah lebih fokus pada pengembangan sektor lainnya,” ujarnya.
Ia mendorong agar pemerintah mulai menaruh perhatian serius pada sektor pertanian, perikanan, dan sektor hulu lainnya yang sebenarnya menyimpan potensi besar. Salah satu langkah yang disarankannya adalah optimalisasi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
“Saya berharap BUMD juga dioptimalkan. Janganlah bisnis batako atau paving blok. Buat apa? Cobalah jadi agregator bagi petani, nelayan, atau UMKM kita. Bantu mereka cari pasar, beri akses modal, bantu standarisasi produk agar layak ekspor,” ujarnya tegas.
Menurut Bai’ul, NTB memiliki potensi ekspor yang belum digarap secara maksimal, mulai dari vanili, kopi, kerajinan, hingga rumput laut. Ia menilai, jika sektor-sektor ini digarap serius, NTB tidak hanya mampu keluar dari ketergantungan pada tambang, tetapi juga bisa memberikan dampak langsung bagi pengentasan kemiskinan.
“Mengurus sektor ini tidak hanya soal pertumbuhan ekonomi, tapi juga soal memberi dampak bagi kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.